Sekedar
menyampaikan pendapat aja, mengingat negara kita negara yang demokratis bukan?
Kali ini gua bahas tentang ‘pacaran’. Ya, dewasa ini sesuatu yang kerap disapa
‘pacaran’ itu makin aneh saja. Dia mulai mengincar para pelajar generasi
penerus bangsa. Sejauh yang gua tau, pacaran itu dilakukan sesudah menikah kan?
Atau mungkin, mereka yang ‘berpacaran’ itu sudah menikah beberapa kali? Heran
deh, segitu gampangnya mereka ‘putus-nyambung-putus-nyambung’. Lebih parahnya,
ada yang udah putus terus dapet lagi yang baru. WTF! Apa mereka pikir ‘pacaran’
itu semudah ganti baju tiap 2 kali sehari? Okelah, mungkin bagi sebagian besar
manusia dimuka bumi itu ‘wajar’. Bagi mereka mungkin ‘pacaran’ itu suatu tahap
penjajakan, sebelum mereka melangkah ke jenjang yang lebih serius. Dan mungkin,
hanya satu-dua orang saja yang setuju dengan pendapat gua ini. Lagipula, bukannya gua kontra dengan keputusan
‘pelajar’ yang lebih memilih untuk ‘koleksi mantan/pacar’. Tapi, bisakah jangan
sekarang (saat-saat masih sekolah)? Bisakah ‘diwaktu yang tepat’ aja kalian
melakukan itu? Bayangin aja, disaat kalian masih harus menempuh jenjang
pendidikan wajib belajar 12 tahun, kalian malah sibuk ‘ngurusin pacar’ yang seharusnya itu tugas seorang ibu rumah
tangga pada umumnya yakni ngurusin suami dan anak-anaknya. Bahkan, diantara
kalian yang masih sekolah aja pacaran (panggilan
sayangnya) udah kayak brojol anak 4 tau gak. Yang papa-mama lah, yang
ayah-bunda lah, atau apalah dan sebagainya. Bayangin, disaat kalian KBM terus
pacar kalian telepon (itupun diem-diem dengan taktik dan strategi supaya gak
ketahuan guru), manggil sayang-sayang, saling ngingetin buat makan (emang
kalian yang masakin makanannya? Toh emaknya kan yang masakin? Emang kalian tau
apakah pada saat itu emaknya udah masak atau belom?), sedangkan ‘siswa tulen’
yang bener-bener lagi serius ngerjain tugas harus denger percakapan emak-emak
kayak gitu. Risih hati mendengarnya kawan. Pasti yang ada dipikiran mereka
(siswa tulen) ‘ini temen gua bukan? Atau jangan-jangan emak-emak ngulang
sekolah buat dapet ijazah?’. Inget lah, kalian jangan meyimpang dari kodrat.
Kalo status kalian emang ‘masih pelajar’, ya bertingkah lah selayaknya
‘pelajar’. Emang sih, ada pelajar yang pacaran tapi sehat-sehat aja (maksudnya
sehat disini adalah : gak neko-neko dan lebih mengutamakan prestasi). Tapi
rata-rata pelajar yang dilanda ‘jatuh cinta’ (yang gua aja gak paham itu apa)
selalu fokus pada tambatan hatinya dan melupakan kodratnya. Lagipula, asal kalian tau aja, kalo yang ada
dipandangan kalian ‘menikah’ itu suatu hal yang indah, kalo menurut
nyokap-bokap gua, ‘menikah’ itu ‘melelahkan’. Jadi, sebelum kalian menatap
kedepan dengan pandangan ‘fana’ kalian, tataplah dulu bagaimana didunia nyata
orang tua kalian (terutama ibu) merawat dan mengurus pekerjaan rumah yang
‘melelahkan’ itu, dan berharap kita menjadi penerus bangsa yang penuh
prestasi-bukan ambisi menikah diusia dini-.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar