Sabtu, 15 September 2018

CERPEN : PASUKAN MERAH PUTIH JINGGA

Gambar terkait

David dan Anton memulai pertandingannya. Pertandingan burung dara yang sudah menjadi tradisi di Petemon. Pukul 15.45 para penanding sudah berkumpul dan asyik melatih burung dara peliharaan mereka masing-masing. Tepatnya di Gang Lima. Tempat itu sangat strategis untuk bertanding, kata mereka. Bondan, Arif, Cak Jeh, dan Bhay yang membuka tempat itu. Kebiasaan mereka yang hobi bermain di warnet, membuat mereka terinspirasi untuk menyambi hobi mereka yang lain, yakni adu burung. Oleh karena itu, Gang Lima tempat warnet itu berada dijadikan sebagai markas mereka.
Adanya pertandingan burung dara itu, sebenarnya sangat merusuhi warga. Pasalnya, selalu ketika pertandingan akan dimulai jalan jalan di sekitaran Gang Lima akan mereka tutup. Itu sangat menyusahkan warga sekali. Karena banyaknya para aktivis burung yang mengikuti pertandingan. Namun, protes warga sama sekali tidak dihiraukan oleh para penyabung burung itu. Hingga akhirnya warga pun mengalah dan membiarkan hal itu terus terjadi dan menjadi tradisi setiap sore menjelang petang.
Pertandingan burung hari itu berlangsung ricuh. Sebab burung dara Bhay dan David tidak kembali kembali setelah dilepaskan. Mereka jadi saling menyalahkan. Kejadian burung dara David yang diterbangkan terlalu ber-samaan dengan burung dara milik Bhay membuat burung mereka oleng dan terbang ke lain arah. Teman sekomplot David segera membantu mengejar dan menangkap burung dara mereka. Begitu pula dengan kelompok Bhay. Setelah selesai bertanding, para petanding semuanya mengobrol di warung kopi langganan mereka. Kedai Pak Slamet.
Esok harinya sepulang dari sekolah Galang, Sari, Rinto, dan Sania berjalan melewati depan markas para petanding burung dara. Masih dengan seragam abu-abu nya, mereka dengan santai ikut bergabung dan mengajak David dkk mengobrol. Tidak banyak yang mereka tanyakan. Hanya seputar keingintahuan mereka terhadap apa yang telah warga Petemon dapatkan dengan bertanding burung dara. David akhirnya menjawab dengan tegas bahwa bertanding burung sudah menjadi hobi turun-temurun yang harus dilestarikan agar warga terhibur dan melupakan segala keluh kesah dunia.
Belum puas dengan jawaban David, Sania mencoba menanyakan perihal apa pekerjaan David. David tercengang dan bingung menjawabnya. Karena bahkan dia sendiri adalah seorang pengangguran yang sedang luntang lantung mencari pekerjaan. Dan karena ia tertekan, ia pun me-lampiaskan kekesalannya dengan melakukan hal kesukaannya. Apa yang harus ia katakan pada bocah SMA di depannya ini?
Sania mengerti kebungkaman David. Akhirnya Sania pun melontarkan gagasannya pada David dan kawan-kawan bahwa pertandingan burung ini sebenarnya sangat menganggu warga sekitar dan mengakibatkan kemacetan karena menutup jalan. Kericuhan yang juga sering terjadi pada saat pertan-dingan adalah salah satu ketidakmanfaatan dari kegiatan itu. Pernyataan Sania memancing teman-temannya untuk mengatakan hal yang serupa.
David dan kawan-kawan tidak menggubris ocehan bocah SMA itu. Ia malah menyuruh bubar para anggota sekomunitas tanding burung itu agar Sania dkk tidak mengoceh lagi. Padahal, tujuan utama mereka adalah untuk bersenang-senang saat itu, tetapi malah diganggu oleh anak kecil. Berbeda dengan David, Bondan masih mengingat-ingat kata-kata Sania dkk yang telah membuka hatinya untuk tidak terus menganggur seperti mayoritas anggota tanding burung yang lain. Ia masih mempertimbangkan apa yang diucapkan anak-anak itu.
Sementara itu, di sekolah, Sania dkk telah dijuluki sebagai ‘Pasukan Merah Jingga’ dimana  mereka telah berani untuk mengetuk pintu hati para penunggu jingga diufuk timur dengan menyampaikan protes warga yang kebanyakan mengeluh telah dirugikan oleh kumpulan tanding burung itu. Kata-kata yang diucapkan Sania memang belum sepenuhnya mengetuk hati semua anggota. Namun, setidaknya berkurang satu anggota –Bondan– yang sekarang lebih memilih untuk mencari pekerjaan yang tetap daripada ber-main main tidak jelas setiap sore tiba.
David dkk yang awalnya tidak ingin meninggalkan hobi mereka hanya karena ucapan sok bijak dari mulut para bocah, juga pada akhirnya me-mikirkan dua kali apa yang sebenarnya harus mereka putuskan. Apakah mereka akan selamanya menjadi pengangguran yang bermain burung saja? Tanpa ada pengabdian kepada warga sekitar? Bahkan warga diselingkungan-nya sendiri –Petemon–? Lalu bagaimana dengan masa depan mereka nanti? Apakah tanpa bekerja seperti apa yang dikatakan Sania itu mereka akan tetap bisa hidup dan atau menghidupi?
Argumen Sania dkk akhirnya di dengar dan menjadi motivasi bagi komplotan petanding burung itu. Mereka tidak lagi menjadi pengangguran. Sudah banyak dari mereka yang mendapatkan pekerjaan meski dengan upah atau gaji yang minim. Setidaknya mereka bisa tidak hanya hidup dari menerbangkan burung saja, tetapi juga ikut terbang bersama burung-burung yang pernah mereka tandingkan.

ESSAY : KEMALASAN


Masih Pagi? Tidur Lagi Sajalah!

Banyak sekali manusia jaman sekarang, utamanya generasi penerus bangsa millenial yang masih meremehkan bangun pagi. Padahal, bangun pagi sangat bermanfaat bagi kesehatan otak juga kesehatan fisik. Hal ini dipicu karena sifat ‘malas’ yang masih merajalela dalam diri. Seharusnya sifat ini sudah harus mulai dihilangkan sejak dini. Bayangkan saja bila seorang mahasiswa karena tidak ada budaya bangun pagi dalam rumah, maka tugas akan keteteran atau tidak selesai. Dikarenakan kurangnya bisa memanajemen waktu untuk tidur malam maupun tidur pagi. Sehingga tidak dapat pula membagi waktu kapan untuk mengerjakan tugas dan kapan untuk istirahat.
Sebenarnya, tidur pada pagi hari pun tidak dianjurkan. Hal ini menyebabkan dampak yang signifikan dibandingkan dengan orang yang senantiasa bangun lebih pagi karena sudah terbiasa. Orang yang biasa bangun pagi, semangat untuk mencari kebaikan menjadi lebih tinggi. Dibandingkan dengan seorang pemalas yang kerjanya hanya makan, tidur, sekolah, pulang, makan, dan tidur lagi. Seterusnya sifat yang akan muncul adalah meremehkan. Segala sesuatu nampak mudah baginya, tetapi belum tentu akan langsung dikerjakan. Mereka para pemalas akan menunggu bila waktunya tiba, ia baru akan melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Bahkan ada kutipan “seorang pemalas tahu cara tercepat untuk menyelesai-kan pekerjaannya”.
Untuk menghindari kebiasaan tersebut diatas, seharusnya dari usia dini keluarga terdekat harus melakukan penindakan secara tegas dalam upaya mencegah ‘rasa malas’ dalam diri anak-anaknya. Bukan hanya itu saja, perhatian yang lebih akan apa saja kegiatan yang dilalui anak juga sangat diperlukan. Anak akan merasa diawasi gerak-geriknya sehingga apa yang menjadi tugasnya akan diselesaikan cepat dan tepat waktu.
Ada juga sebenarnya tipe anak yang sangat enggan berinteraksi sosial karena ‘malas’ bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Dalam konteks ini, yang dimaksud adalah ‘rasa selalu benar’ pada diri sendiri. Terkadang ada seseorang yang merasa dirinya paling benar sehingga ia merasa tidak perlu atau tidak membutuhkan orang lain. Muncul lagi sifat baru yakni ‘apatis’. Merasa karena dirinya paling benar sehingga tidak peduli kritik dan saran.
Satu hal yang perlu kalian ketahui adalah seseorang tidak akan ‘malas’ jika ia mendapatkan motivasi atau provokasi semangat dalam melakukan suatu hal. Seperti halnya jaman sekarang yang marak dengan kegiatan ‘pacaran’. Memiliki seorang pacar sebenarnya bukan melulu soal ‘pacaran’ namun dibalik itu, ada kaitan pendorong semangat bagi anak jaman sekarang. Dengan bergaul dengan lawan jenis, mereka dapat mencurahkan isi hati mereka tanpa harus mengerti perasaan dari sang lawan jenis itu sendiri atau lain sebagainya (karena jelas perasaan laki-laki dengan perempuan sangat berbeda, juga cara pemikirannya). Perbedaan lawan jenis itulah yang menjembatani mereka untuk saling bertukar pikiran, bertukar perasaan, sehingga timbul motivasi dalam diri untuk terus menjadi lebih baik lagi.
Perasaan malas itu sendiri berkaitan dengan cara pemikiran se-seorang terkait dengan permasalahan yang dihadapi. Ada yang menganggap masalahnya sebagai beban yang ringan dan biasa-biasa saja. tetapi ada juga yang menganggap bahwa permasalahan yang sedang dihadapi itu terlalu berat. Dari sinilah muncul ‘rasa bosan’ dari dalam diri yang menjadikan seseorang tersebut malas untuk menghadapi serta menyelesaikannya. Lalu apa yang terjadi? Segala ilmu atau wawasan yang sebenarnya tersirat dari permasalahan tersebut akan dilalaikan dan ditinggalkan begitu saja tanpa disentuh sama sekali. Disinilah akan terjadi ‘mubadzir ilmu’.
Padahal seperti yang umum kita ketahui bahwa manusia diciptakan untuk menuntut ilmu. Ada makna tersirat bahwa kita hidup jika tanpa menimba ilmu, maka kita juga sama dengan mati. Tidak akan berguna hidup jika pikiran kita kosong melompong hampa ilmu. Ilmu sangat penting bagi kehidupan. Ibarat rumah yang berjendela, jika kita malas untuk membuat jendela di rumah kita yang kita dapat hanyalah kegelapan dan kegelisahan diri saja. Seperti halnya juga kita ketika tidak ingin ilmu masuk dalam wawasan otak dan pikiran kita. Enggan menggapai kreativitas yang ada dalam diri kita. Dan juga mengabaikan potensi diri kita, serta tidak memanfaatkkan tubuh yang telah sempurna diciptakan oleh-Nya. Maka untuk apa kita hidup?
Sebaliknya, jika kita membuat jendela pada pikiran kita. Maka secara tidak langsung kita pun akan membuka jalan hidup kita sendiri. Jendela-jendela pada diri kita semuanya akan terbuka, jendela hati, jendela otak, jendela ilmu, dan jendela-jendela lain yang membuat kita semakin kreatif dan berkembang. Tubuh kita pun akan berfungsi sesuai dengan apa yang diciptakan-Nya. Menjadi pribadi yang baik juga merupakan bentuk rasa syukur kepada-Nya karena kita tekah mampu menjaga dan memanfaatkan-nya.
Oleh karena itu, menghindari ‘rasa malas’ adalah point utama dari mencegah ‘rasa-rasa malas’ lainnya yang berujung dengan pasifnya tubuh mencerna ilmu ataupun mengambil hikmah atas segala suatu permasalahan.

Puisi Oktaf : Tanya Penuh Kisah


Selamat malam wahai kau sahabatku
Aku datang padamu membawa beribu tanya penuh kisah
Kamu tau seberapa bencinya semesta padaku?
Jika hanya ada 1000 manusia bijak
Maka aku pengecut ke 1001
Mungkin itu yang menjadi alasan
Di kala sukma dan raga ingin bertemu
Tapi semesta tak mengijinkan

Apakah kamu tahu rasanya merindu?
Rasanya tak rasional saja merindukan sosok sahabat
Yang tangis dan tawanya saja terbawa dalam rindu
Dan semesta seperti cinta tak bisa disalahkan
Ketika persahabatan kita berkarat dihempas waktu
Dan ketika sebuah pertemuan layaknya hari pengampunan
Kita bertatap diantara kata-kata bisu

Maka aku hanya bisa menangis haru

Puisi Tema Kebudayaan : Semailah Budayaku

Gambar terkait

Nuansa indah yang telah kau berikan
Membuat kami terus dan terus menjagamu
Membina rasa kasih dan sayang
Dan akan selalu begitu

Rasa ini tak akan pernah pudar
Meski seiring berjalannya waktu
Hembusmu akan selalu datang
Hingga nanti kita bersatu

Budayaku akan terus membara
Dan tanpa henti hingga anak cucu
Asalkan kita selalu semaikannya
Dan membuatnya terus membatu

DONGENG : ASAL USUL JENDELA

Hasil gambar untuk jendela animasi

Alkisah hiduplah sebuah keluarga di sebuah Hutan Karawitan yang terkenal dengan keangkerannya. Keluarga tersebut hidup hanya berdampingan dengan 4-5 rumah saja (yang seluruhnya terbuat dari anyaman bambu atau gedheg). Keluarga Pak Kusen (yang terdiri dari Ning Tiang –istrinya- serta ke 3 anak-anaknya Inten -5 tahun-, Jumini -3 tahun-, dan Bogel -1 tahun-) hidup serba kekurangan. Begitupun tetangga-tetangga yang lain. Para warga yang menghuni Hutan Karawitan semuanya enggan untuk pergi ke kota dan merubah hidup. Seperti telah terbiasa dengan keadaan yang ada.
Pak Kusen hanya mampu menghidupi keluarganya dengan menjual kayu-kayu untuk pedagang mebel di kota. Begitulah mata pencaharian warga Hutan Karawitan. Alasan mereka menutup diri dari lingkungan kota adalah karena mereka telah nyaman satu sama lain. Meski Hutan Karawitan terkenal dengan mitos-mitos keangkerannya, namun sangat berbanding terbalik dengan kehidupan masyarakatnya yang sangat harmonis, saling tolong-menolong, dan rukun. Tak pernah ada perbedaan diantara mereka. Di mata mereka semua sama. Meski hidup serba kekurangan, tetapi mereka saling melengkapi.
Itulah kekuatan tradisi dan budaya mereka. Mereka berfikir bahwa kehidupan di kota itu rusak. Dari sudut pandang mereka (yang hanya mengenal para pedagang mebel di kota), masyarakat di kota hanya mementingkan dirinya sendiri. Jarang ada yang peduli dengan lingkungannya. Mereka tidak ingin menjadi apatis seperti itu. Oleh karenanya, mereka sangat mensyukuri kehidupan mereka saat ini. Meski rumah mereka tak berjendela. Tak ada lubang untuk melihat dunia luar dan mengambil sisi positif untuk mengembangkan diri mereka.
Inten yang masih berumur 5 tahun sudah pintar membantu Pak Kusen mencari kayu kayu untuk dijual. Ning Tiang merawat anak-anaknya tanpa pilih kasih. Semua disayanginya dengan sepenuh jiwa dan raga. Terutama Inten sebagai anak tertua yang sebenarnya orang tuanya tidak tega menyuruhnya mencari kayu. Hanya saja kehidupan berkata seperti itu. Dan syukurnya Inten tumbuh menjadi wanita yang baik budi luhurnya, sehingga tidak buruk baginya bila hanya membantu orang tuanya untuk mencari kayu.
Suatu hari, Pak Kusen dan Inten memulai aktivitas seperti biasanya. Mencari kayu untuk dijual. Namun, ditengah perjalanan mereka dihadang oleh seorang perampok yang tak lain adalah Badrun. Penduduk kota yang buruk perilakunya, ia hanya memikirkan kesenangan dunia. Sehingga ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, uang, dan uang. Hari ini ia hendak merampok salah satu warga penghuni Hutan Karawitan. Dan bertemulah ia dengan Pak Kusen serta putrinya. Mereka belum saling mengenal.
Pak Kusen berusaha untuk tidak melawan Badrun, tetapi Badrun masih tetap saja menodongkan pisaunya ke arah Pak Kusen sebagai isyarat pengancaman. Pak Kusen tetap tenang dan menyuruh putrinya menjauh. Inten yang sangat ketakutan segera lari menjauh dan berteriak minta tolong kepada para warga penghuni hutan. Sementara itu, Pak Kusen berusaha membela diri dengan tetap terus mengingatkan bahwa apa yang dilakukan Badrun itu salah.
Badrun yang keukeuh dengan jiwa keperampokan-nya tidak peduli dengan siraman rohani dari Pak Kusen. Dia mengambil seluruh barang-barang Pak Kusen. Tetapi karena Pak Kusen sangat pandai berkelit sehingga Badrun kesulitan untuk menciderai Pak Kusen, maka akhirnya Badrun pun berfikir untuk mencelakai Pak Kusen hanya dengan tangan kosong saja. Pisau dilempar menjauh olehnya dan ia siap bertarung dengan Pak Kusen untuk bisa mendapatkan barang-barangnya.
Selang beberapa detik kemudian, para warga sudah berada di TKP dan menemukan Pak Kusen sedang dalam masalah. Mereka pun segera mengambil posisi mengepung sang perampok dan menangkapnya. Badrun pun tertangkap basah oleh massa. Ia digebuki habis-habisan hingga akhirnya ia menyerah dan mengakui bahwa perbuatannya itu salah dan merugikan orang banyak.
Setelah diringkus, Badrun akhirnya menjadi bagian dari keluarga Karawitan dan sering berbaur dengan mereka. Sikap warga hutan yang terbuka dan sangat menjunjung kebersamaan membuat Badrun berubah sedikit demi sedikit.
Badrun juga diangkat sebagai anak oleh Pak Kusen. Ia memang tidak tinggal di rumah Pak Kusen, hanya saja setelah kejadian perampokan itu ia menjadi lebih akrab sehingga hampir setiap hari ia berkunjung ke rumah Pak Kusen sekedar untuk membantu sedikit. Ia masih tetap tinggal di rumahnya di kota. Sebab ia masih belum bisa meninggalkan orang tua kandungnya di kota.
Lima tahun kemudian, terdengar kabar orang tua Badrun meninggal dunia karena kecelakaan pesawat. Badrun pun memilih untuk tinggal bersama keluarga Pak Kusen yang sudah dia anggap sebagai orang tua ke-2 nya dan menjual rumah beserta barang berharganya untuk mencukupi kebutuhan Pak Kusen nanti. Ia diterima dengan sangat baik disana. Pak Kusen dan Ning Tiang juga sangat menyayangi Badrun sebagai anak kandung mereka sendiri. Terlebih lagi di usia mereka yang menuju senja, mereka sangat membutuhkan Badrun sebagai tulang punggung keluarga. Karena Inten juga masih sangat belia dan belum bisa untuk diajarkan berjualan.
Badrun dengan senang hati membantu mereka, ia juga sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk mengabdi pada keluarga Pak Kusen dan menjadi anak paling berbakti. Ia pikir dengan ia berbuat baik pada mereka dapat mengobati rasa penyesalannya yang selalu membantah orang tua kandungnya terdahulu. Badrun ingin menebus semua dosa-dosa anak durhaka itu dengan mengabdi pada orang tua barunya. Dulu ia sangat sering menentang permintaan ayahnya yang menginginkan ia untuk bersekolah dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Namun sekarang, ia menjadi sangat menyesal.
Sudah 3 hari Badrun tinggal di gubuk milik Pak Kusen bersama kelima keluarga kecilnya. Ia merasa bahwa struktur rumah tersebut sangat berbeda, seperti ada yang kurang. Tetapi ia baru menyadarinya setelah hari ke-5 ia menghuni rumah itu. Rumah Pak Kusen tak berjendela. Cahaya yang masuk remang-remang saja. Jika malam hari pun hanya diterangi lampu minyak. Masih sesederhana inikah? Batinnya. Badrun pun menyarankan Pak Kusen untuk membuat sedikit lubang sebagai tempat masuknya sinar matahari.
Awalnya Pak Kusen tidak menyetujui karena rumah itu sudah dibangun lama dan mereka sudah nyaman dengan keadaan seperti itu. Tetapi karena usaha Badrun membujuk rayu, akhirnya Pak Kusen melakukan apa yang disarankan Badrun. Jendela sudah jadi. Pak Badrun merasa seperti ada yang berbeda. Ia merasa lebih nyaman dan lebih tentram. Seperti ada hawa-hawa kebaikan yang mulai masuk menerangi gubuknya yang semakin reot.
Pak Badrun tidak menyangka. Ternyata selama ini, jendela pada rumah sangatlah diperlukan. Ketika kita membuka jendela kita, maka wawasan kita akan bertambah. Kegelapan dan kegelisahan yang ada di pikiran kita lambat laun akan menyusut oleh sinar terang dan hangat dari jendela ilmu kita. Sebagaimana rumah tanpa pondasi, begitu pula jika rumah tak berjendela.
Pada akhirnya, Pak Kusen pun menyuruh warga hutan semuanya untuk membuat jendela pada rumahnya. Setiap rumah menjadi lebih indah dan lebih berwarna karena banyaknya jendela yang mereka buka.

Jumat, 02 Februari 2018

CERMIN KHAYALKU *PART 3* (TAMAT)


Episode awal
Episode sebelumnya...


Besoknya di sekolah (tepatnya di kelas XI-IPA 1)...
“Woy! Bengong lagiii bengong lagi!! Kenapa sih lo? Ntar kesambet loh!” Bentak Juki sambil ngelambai-in telapak tangannya di depan muka gua.
“Ha? Apaan sih! Gua masih sadar kok.. gua lagi ga bengong! Gua cuma lagi mikirin sesuatu aja” Sahut gua males. “Eh? Lho? Si Tengil mana? Kok lo sendiri?” Lanjut gua sambil celingukan nyari sosok yang sekarang ada di pikiran gua.
“Apa?? Siapa?? Ga salah denger nih gua?? Lo nyariin Rendy??”. Goda Juki sambil deket deketin telinganya ke arah gua. Uhhh andai aja dia liat kotoran kuping yang sekarang ada di depan gua!.
“Yeee gua tanya juga malah ngeledek lo! Ahh rese lu! Emang ada yang salah kalo gua nyari Rendy? Udah jangan deket deket! Kagak pernah bersihin kuping lu yak?!!” Gerutu gua.
“Yaa ga ada yang salah sih,,, secara . Cuma tumben aja loJlu kan pengen bener terus jadi orang. Hehe peace!  nyariin dia. Emang ada apa sih? Kangen lu ama dia?” Kata Juki sambil ngejauhin kupingnya.
“Yaelah.. kepo amat sih lu! Udah! Kalo gua tanya langsung jawab aja! Ribet banget.. ntar juga lu tau gua ada urusan apa! Gimana? Mana si Tengil? Kok lu ga bareng ama dia?” Ulang gua.
“Dia ijin kagak masuk hari ini. Katanya nyokap dia sakit parah dan musti operasi pagi ini.” Jelas Juki.
“Lohh?!! Kenapa dia ga ngabarin gua! Kenapa cuma elo yang dikasih tau?!! Emang sahabat nya cuma elo doang?? Dia anggep gua apa selama ini!!” Cerocos gua.
“Hei udah udah.. masalah gini doang kenapa diperpanjang sih? Udah gua kasih tau juga kan elo nyaa? Mungkin dia panik berat dan ga sempet ngabarin lo! Positif thinking aja broo.. dia aja baru sempet ngabarin gua karena gua sms dia duluan.” Kata Juki.
Yahh mungkin juga Juki bener... pikir gua. Dan semenit kemudian handphone gua bergetar tanda ada telepon masuk. Ternyata Rendy! Dia cerita tentang perihal dia ga masuk sekolah karena harus nganterin nyokapnya operasi. Dan ga lama, gua denger dia sesenggukan nahan tangis. Waktu gua bilang ‘ada apa?’ dia baru cerita bahwa nyokapnya gagal operasi dan meninggal dunia. Gua dan Juki pun langsung ijin ke guru BK buat nyusulin Rendy ke rumah sakit. Dan untunglah mereka mengijinkan bahkan mereka siap buat nyumbang dana dukacita untuk Rendy.
Sampe di rumah sakit, gua nemuin Rendy dengan tegarnya bersimpuh di samping mendiang nyokapnya. Gua yang -hampir sama sekali- ga pernah nangis (kalo ga di waktu kecil) langsung sesenggukan di bahu Juki (yang waktu itu di sebelah gua). Gua bener bener kagum sama sikap tegar Rendy. Dan buat gua makin simpati sama dia. Gua dan Juki berusaha untuk nenangin hati Rendy, meski sebenarnya hati Rendy sudah cukup tenang sebelum kita datang. Yah! Itulah Rendy. Dia selalu menghadapi masalah (tanpa pernah lari darinya) dengan tenang dan hati yang damai. Seolah hidup yang dia jalani adalah penuh kenikmatan.
Siang harinya, setelah acara pemakaman nyokap Rendy...
“Zi, Ki, makasih ya. Kalian selalu ada disaat gua senang maupun susah. Gua senenggg banget bisa bareng bareng sama kalian saat menghadapi setiap masalah. Apalagi sama elo Zi.” Ucap Rendy. “Maksud elo?!” Tanya gua ga ngerti.
“Iya. Gua bakal senenggg banget kalo bisa hidup bareng bareng sama elo. Menghadapi setiap masalah bareng bareng sama elo. Dan,,, asal lo tau. Dalam diri elo gua nemuin sosok nyokap gua. Yang selalu ngejagain dan nyayangin gua tanpa mandang sisi kurangnya gua. Gua ngerasa nyokap gua masih hidup saat deket ama elo. Zi, gua mau elo jadi seseorang yang lebih dari sekedar sahabat bagi diri gua tapi juga nyokap yang ngatur hidup gua dan juga.... istri (di masa depan) yang ngedampingin gua menghadapi lika liku dunia. Apa elo mau nerima pernyataan gua ini? Gu.. gua janji bakal ngelakuin apapun buat bikin hidup lo ceria terus. Gu.. gua juga janji ga bakal bikin lo nangis. Suerrr” Ucap Rendy setengah terbata bata.
Gua dan Juki melongo berbarengan tanda tak percaya. Masssa sih. (yang namanya melongo emang tanda tak percaya Zi!). Gua gak nyangka pangeran didunia khayal gua bisa dateng secepet ini didunia nyata. Gua belum siap ya Tuhaaan. Hati gua loncat kegirangan rasanya. Dalam pikiran gua, gua sempet gak percaya kalo Rendy seserius ini (karena emang dulu udah pernah gua tolak). Tapi kenapa hati gua berdesir ya waktu dia ngomong kayak gitu? Dulu gua biasa aja nanggepin modus dan gombalannya itu, tapi kenapa sekarang… duuuh, mati gua. Kayaknya sekarang gua emang harus bisa ngebuka hati nih. Setelah menimbang dengan perhitungan yang akurat sampai 3 kali .J(matematika kali ahh). Akhirnya, gua pun menganggukkan kepala
The End

CERMIN KHAYALKU *PART 2*


Episode sebelumnya... 

Huuufffttt … akhirnya jam di kelas gua udah nunjukin waktu pulang ! gak sabar pengen tiduran sambil nonton Ninja Hatori di rumah. “Eh zi, lu pulang bareng gua kan ?” Tanya Rendy. “Ummm, gak deh gua pengen jalan aja sendirian.” Jawab gua lemes. “Ya udah deh, gua tau lu itu keras kepala jadi gua gak bakalan maksa lu bareng sama gua. Ati-ati aja yha zi.” Lanjutnya. Gak lama kemudian dia melaju bersama motornya dan menghilang.
Dirumah, . Malah guaJgua bener-bener BAD MOOD seBAD MOOD BAD MOODnya !!!  sendirian tinggal di rumah ! Gua pengen banget numpahin semua isi hati gua ... tapi ... yang jadi pertanyaannya ... SIAPA YANG BISA GUA AJAK CURHATTT ??? Sebenernya gua pengen banget ngalling duo kampret itu ... tapi ... masa iya mereka gua undang dirumah yang sepi kayak gini ? Ntar gua dikira cabe-cabean lagi ama tetangga sebelah gua ! Fiuuuh! Repot bingit dah hidup gua !
Gak lama setelah gua bingung sendiri dengan apa yang akan gua lakuin, handphone gua bergetar dengan sendirinya (maksud gua bergetar karena ada telfon broo hehe). Setelah gua angkat, ternyata si tengil Rendy yang hubungin gue karena dia bakal jemput gua jam 7 malam nanti untuk ngehadirin acara sweet seventeen sepupunya.
“Heh gila ! emang lo pikir gua siapa ? Gua aja deket ama keluarga lo baru kemaren, itu juga karena gua ketemu nyokap lo di café tempat lo nge-band ! Ntar kalo mereka mikir gua ‘tamu tak diundang’ ? Gimana ? Lo mau bikin gua tengsin di depan umum !” Gerutu gua kesel (maklum karena saat itu gua lagi bête berat jadi pikiran gua diliputi banyak hal negatif).
“Hei hei hei ! Kenapa sih sama lo zi ? Kok lo jadi bête gitu ama gua ? Niat gua baik zi, gua cuma ga mau lo sendirian dirumah … gua tau lo lagi butuh temen buat lo curcol. Mankanya, gua izin ama nyokap sepupu gua untuk ngajak lo. Mereka udah paham lo kok. Setiap hari gua selalu cerita tentang lo –sahabat terbaik yang pernah gua sayang-. Dan mereka setuju kalo lo ikutan acara party umum itu. Jelek amat sih pikiran lo ! Udah deh percaya ama gua, ntar sampai sana lo bakalan gua umumin kalo lo itu bukan ‘tamu tak diundang’ seperti yang lo pikir.” Jelas Rendy dengan nada penuh hati-hati (karena takut gua bakal marah lagi).
Hahaha. Disatu sisi, gua geli ama suara Rendy yang nunjukin sikap takut kalo gua marah. Karena emang sebenernya gua lagi gak kesel kesel amat. Gua cuma pengen terkesan cuek dihadapan semua orang hari ini (buat numpahin semua uneg-uneg dalam hati gua). Termasuk sohib-sohib gua. Hehe.
“Ya udah deh, iya ! Gua mau kok ikutan party, siapa sih ABG sekarang yang gak suka party ! Munafik itu namanya ! Oh ya, tunggu tunggu ... lu kok tau sih kalo gua lagi sendirian dirumah + mau curhat ? Emang lo tau dari mana ?”
“Hehehe gua tadi ke rumah lo ! Tapi kayaknya rumah lo lagi sepi. Pas gua tanya tetangga sebelah, katanya bonyok lo lagi ga ada di rumah. Ya udah mending gua pulang aja daripada ntar lu dikira cabe-cabean, -bawa masuk rumah temen laki-laki seenak jidat- ! Nah, saat itu juga gua mikir, ‘kalo bonyok lo lagi pergi ... otomatis ... lo bakalan sendirian ... dan itu ngebuat lo ngerasa kesepian ... sehingga pengen punya temen curhat’ ya kan ?” Selidik Rendy. Emang sih, tuh anak jago banget kalo disuruh nebak-nebak as a psikolog yang kurang kerjaan.
“Huft ! Udah gue duga ! Lo pasti nebak-nebak as a psikolog gitu ! Kapan sih kebiasaan lo itu padam ! Pake bener lagi tebakan lo ! Bikin keki aja tau gak ! Tapi, ya udah lah itu HAK lo ! Lo jadi jemput gua jam 7 kan ?”. Setelah si tengil bilang ‘iya’ gua pun langsung tutup telpon tanpa ngasih dia kesempatan bicara lebih banyak lagi. Hehehe jahat banget kan gua ?
Sampe dirumah sepupunya Rendy, gua bener bener bingung harus ngelakuin apa ! Emang sih keluarga besar Rendy udah nerima gua dengan sangat senang hati, bahkan mereka semua mampu buat gua ceria dan gak bête lagi. Tapi gua masih minder sendiri dengan keadaan gua saat ini.
Gua belum kenal lama ama keluarga besar Rendy. Mereka adalah keluarga elit yang rendah hati. Dalam hati, gua pengen bisa ikut ngebantu acara party itu. Tapi, entah kenapa gua seperti takut untuk melakukannya (padahal itu perbuatan yang terpuji kan ?).
Jadi, setelah haha hihi sedikit dengan orang tua Rendy dan semua keluarga besarnya … akhirnya gua balik ngelamun dalam keheningan yang gua buat sendiri sampai ada suara aneh makhluk astral yang ngagetin gua. Hufft.
“Woy ! Zi !! Kesambet baru tau rasa lo ! Ngapain sih lo menyendiri disini. Kebiasaan aneh yang gak ilang-ilang tau gak ! Huhh. Oh ya, gua mau nepatin janji gua nih. ”JGua bakalan dengerin tuan putri curhat
“Apaan sih lo ! Bikin . TapiJgua kaget aja ! Hmm. Makasii lo udah nyempetin waktu buat gua  kayaknya, acara curhat mama dedeh di delay deh. Hehe. Gua masih mau makan di dalem. Laper gua dari tadi ngelamun mulu.”
“Haha bisa aja lo ! Eits ... udah lah gak perlu repot-repot ke dalem buat ambil makanan. Nih gua bawain makanan buat lo. Siapa suruh lo ngelamun disaat-saat party gini ! Udah cepet makan, supaya gua bisa nepatin janji ”Jgua. Lo tau kan kalo janji itu utang.
. The best deh lo!”J“Wuidiih tumben lo segitu serius nya ama utang! Biasa ngutang di kantin juga! But, thank’s buat makanannya
Singkat cerita, setelah makan gua langsung nyerocos panjang lebar kali tinggi tanpa henti (busyettt) sampai bikin kuping sahabat gua nyut nyut an saking semangat nya gua curhat. Hehe. Ahh tapi gak juga sih. Meski begitu Rendy tetep setia dengerin ocehan gua yang unlimited ini. Baik bener kan karakter Rendy ini? Bahkan dia dengan senang hati ikut masuk dalam cerita gua dan mulai berempati. Disinilah karakter dia yang paling Jgua kagumi. Selalu ngerti apa yang gua rasain.
Pesta pun selesai dan gua pulang (dianter Rendy pastinya!). Sampe dirumah setelah say goodbye (ciee) ama Rendy, gua langsung go to take a bath and then take a rest alias sleeping beauty. Halahh!. Ribet banget pake bahasa gado-gado. Hehe. Maksud gua, gua langsung ngeloyor ke KM kemudian mandi . Kebayang ga enaknya hidup gua? Abis makanJdan akhirnya bobok cantik ‘gratis’ (di rumah orang pula), pulang, mandi (+ p**p), terus tidur. Hoho. Hidup ini bagai di Jannah rasanya. Haha. Belom paket ‘2 sahabat gokil’ yang isinya Rendy ama Juki!. Udah baik hati, kocak, ngerti gua banget pula!. Ohhh GOD! Terima kasih atas semua kesejahteraan yang Kau Jterpakan pada hidup hamba ini.
Kembali ke Laptop...
Jadi nih,, waktu gua mau beranjak tidur,, tiba tiba sekilas ada bayangan si Rendy di hadapan gua! Gila,, bukan cuma itu aja ... gua bahkan kagak bisa tidur karena mikirin dia terus! Disaat yang sama tiba tiba (juga) hati gua berdesir kayak pasir gitu lohh... MERINDING!! Eh bukan ding! Koreksi : gua DEG DEG an !! iya!! Gua yakin ini deg deg an.. tapi kenapa gua deg deg an ya mikirin dia? Ohhh noo! Gua ga bisa kayak gini terus.. besok gua musti pagi pagi ke sekolah biar ga kena hukuman yang ke 2 kali! Gua musti tidur ..... SEKARANG!!
To be continue klik disini

CERMIN KHAYALKU *PART 1*


“Rasanya, masih pagi kalau harus ke sekolah”, pikirku.
Di pagi yang mendung ini seharusnya gue udah ada di sekolah, tapi karena gue pikir ini masih sangat pagi gue beranjak tidur lagi (yah, namanya juga males mau pergi ke sekolah hehehe). Alhasil, pagi yang mendung sukses bikin gue telat abisss. Mau gak mau sebelum masuk kelas, gue harus beli tiket nyapu halaman sekolah plus dapet voucher siram bunga satu sekolah dari guru piket. NASIIIB NASIIB !!
Setelah semua gue laksana’in sesuai prosedur gue dibolehin masuk sekitar 5 menit lagi. Gila ! tuh guru segitu bencinya apa ama gue ! Tapi gue juga sih yang salah, OK FIX ! gue terima konsekuensinya ! Huuuft ! Selang 5 menit kemudian, gue masuk kelas dengan badan bau apek, fikiran gak fokus, dan wajah LOL yang malu-maluin ! (busyet dah ! lengkap udah kejelekan gue. Huft).
Kriiinggg !!! (ceritanya ini suara bel istirahat cuy hehehe) ...
Semua temen-temen gue berhamburan keluar kelas XI-IPA 1, except me and my friends yang masih diem di kelas. Oh ya gue lupa ngenalin 2 temen laki-laki gue. Kenalin 2 sahabat setia gue namanya Rendy & Juki. Dua-duanya keren, sama-sama pinter juga sih tapi jail nya minta ampunnn !! SUMPAH DEH ! Sebenernya, gue males banget temenan ama mereka berdua apalagi jadi sahabat setia mereka ! tapi karena mereka berdua pernah nembak gue dan selalu berebut ngasih gue perhatian (so sweet sih, tapi norak kalau keroyokan !) so gue tolak mereka berdua (dengan cara halus) dan supaya mereka gak sakit hati gue jadi’in aja sahabat setia gue (modus banget gak gue hahaha).
Astaga ! gue lupa ngenalin diri gue sendiri ... gue “Manda Fauzia Imaniar” gue biasa di panggil ‘Zizi’ (keren gak tuh hehe). Gue anak orang gak kaya-kaya amat tapi kebutuhan sehari-hari gue & ) masih bisaJkeluarga gue (alhamdulillah  tercukupi. Orang tua gue seorang pengusaha bahan-bahan material yang sedang-sedang aja (kadang sukses, kadang juga gak gagal-gagal amat). Karena mereka buka usaha cathering alias sering mengeksport barang produksinya, mereka jarang dirumah dan sibuk ke luar kota (eksport lokal ceritanya hehehe). Jadi, cuma gue penghuni rumah satu-satunya.
“Zi, lu gak ke kantin ?” tanya Rendy si cowok ‘tengil’ (ganteng suka ngupil) yang sedari tadi bingung mau makan atau nemenin gue.
“Gak ah ! gua lagi bete berat ... males makan ! udah lo ke kantin aja sama Juki gak usah khawatirin gue ...” jawab gue agak ketus karena bete berat.
Gak mau debat, akhirnya dia pergi ke kantin ama Juki dengan berat hati karena ninggalin gue (cieee hehehe). Sementara gue ngayal gak jelas (penyakit gue kalo lagi bete berat !) –maklum lah gua kan siswa ‘pandai’ J(pinter berandai-andai)-. Hehehe
Disana, di dunia khayal gua … gua punya cerita. Gua berkhayal ketemu sama pangeran idola gua (orang yang selama ini gua incer) dan akhirnya kita saling mencintai lalu akhirnya kita MARRIED (hehehe namanya juga ngayal). Gua berharap, khayalan gua ini bener-bener bisa tercapai plus di ridhoi Allah SWT. ).J(hehehe aamiin
Setelah istirahat berakhir, 2 sosok yang tadinya lesu kelaparan menuju kantin akhirnya menghampiri gua lagi dengan wajah yang berbeda (alias happy udah ngisi perutnya) plus bungkusan yang mereka bawa. “Nih bro ! gua bawa’in lo nasi bungkus favorit lo … baik kan gua ?!” kata Juki sambil nyodorin bungkusan yang dia bawa. “Eits ! apa’an tuh … palingan juga nasi kucing ! nih trima ” sahutJnasi goreng punya gua aja … dijamin enak, mantab, plus sehat  Rendy. “Woy ! apa’an sih kalian berdua ! mulai lagi deh berantem.nya … kapan sih kalian bisa akur ? heran gua ! ya udah, sini semua makanan gua terima !” gerutu gua kesel. Hmmm lumayan … pendapatan gua hari ini … 2 bungkus nasi GRATIS! hehehe. Gak apa-apa deh punya sobat karib yang ngeselin … yang penting hidup gua terjamin (hahaha modus).
To be continue klik disini