Minggu, 04 September 2022

KAJIAN PSIKOLOGI KARYA SASTRA: JINGGA UNTUK MATAHARI (Konflik Batin Tokoh Matahari, Jingga, dan Senja Dalam Novel Jingga Untuk Matahari Karya Esti Kinasih)

 KAJIAN PSIKOLOGI KARYA SASTRA: JINGGA UNTUK MATAHARI

(Konflik Batin Tokoh Matahari, Jingga, dan Senja Dalam Novel Jingga Untuk Matahari Karya Esti Kinasih)

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan konflik batin yang dialami para tokoh dalam novel Jingga Untuk Matahari karya Esti Kinasih. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis isi. Sumber data yang digunakan berupa dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan, analisis dokumen. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan; Dalam novel Jingga Untuk Matahari terdapat 8 konflik batin. Konflik batin yang dialami oleh tokoh di dalam novel Jingga Untuk Matahari didasarkan pada teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud, yang diperoleh gambaran tentang struktur kepribadian tokoh, yang dipengaruhi oleh ketiga sistem kepribadian yaitu id, ego, dan superego.

Kata Kunci: psikologi sastra, konflik batin, novel Jingga Untuk Matahari.


PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat menimbulkan kesan yang indah pada jiwa pembaca. Imaji adalah daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar-gambar kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Menurut genrenya, karya sastra dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: prosa (fiksi), puisi, dan drama. Dari ketiga jenis genre sastra tersebut, penulis hanya memfokuskan kajian pada prosa fiksi. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks (naratif), atau wacana naratif (Nurgiantoro, 2005:2). Hal ini berarti prosa (fiksi) merupakan cerita rekaan yang tidak didasarkan pada kebenaran sejarah Abrams (dalam Nurgiantoro, 2005:2). 

Salah satu contoh prosa fiksi tersebut adalah novel. Salah satu cara untuk menikmati karya sastra adalah melalui pengkajian psikologi sastra. Menurut Endraswara (2008:96), psikologi sastra adalah kajian sastra yang mengandung karya sebagai kreativitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Begitu pula pembaca dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. 

Dalam Novel Jingga Untuk Matahari, pengarang menyajikan cerita yang mengandung nilai-nilai psikologi. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti konflik batin yang dialami oleh masing-masing tokoh menggunakan pendekatan psikologi sastra. Psikologi sastra mempelajari fenomena, kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespons atau bereaksi terhadap diri dan lingkungannya. 

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berminat untuk menganalisis novel Jingga Untuk Matahari dengan pendekatan psikologi sastra. Alasan peneliti menganalisis novel Jingga Untuk Matahari dari segi psikologi sastra karena peneliti menemukan banyak konflik batin yang dialami para tokoh dalam novel tersebut. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sekaligus disebut sebagai fiksi. Dalam dunia sastra, istilah novel sudah tidak asing lagi. Menurut Robert Lindell (dalam Tarigan, 1993:164), karya sastra yang berupa novel pertama kali lahir di Inggris dengan judul Pamella yang terbit pada tahun 1740. 

Goldman (dalam Faruk, 1999: 31) mengatakan bahwa bentuk novel tampaknya merupakan transposisi ke dataran sastra kehidupan sehari-hari dalam masyarakat individualistik yang diciptakan oleh produksi pasar. Dalam hal ini, novel lebih mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan lebih halus. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa sebuah novel merupakan suatu hasil imajinasi penulis yang menggambarkan refleksi kehidupan tokoh dan segala masalah yang menyertainya secara utuh dengan berbagai nilai yang turut membangun kelengkapan sebuah cerita. 

Nilai-nilai yang terkandung di dalam novel tersebut tidak dituangkan secara eksplisit oleh penulisnya, tetapi nilai tersebut pada akhirnya dapat diambil hikmah oleh pembaca sebagai sebuah pelajaran yang mungkin bermanfaat untuk kehidupannya. 

Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, akan dapat dianalisis konflik batin yang mungkin saja bertentangan dengan teori psikologis. Dalam hubungan inilah peneliti harus menemukan gejala yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan oleh pengarangnya, yaitu dengan memanfaatkan teori-teori psikologi yang dianggap relevan. 

Menurut Ratna (2009:342-344), tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam karya sastra. Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai obyek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis. Jadi, psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan pengarang yang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Begitu pula pembaca dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. 

Hubungan antara karya sastra dan psikologi, yaitu karya sastra dipandang sebagai gejala psikologi yang akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa prosa atau drama. Sementara itu, jika dalam bentuk puisi gejala psikologi akan disampaikan pada larik-larik dan pilihan kata yang khas. Psikologi dan sastra bukanlah sesuatu yang sama sekali baru karena tokoh-tokoh dalam karya sastra harus dihidupkan, diberi jiwa yang dapat di-pertanggungjawabkan secara psikologi juga. Pengarang yang baik sadar maupun tidak memasukkan jiwa manusia ke dalam karyanya. Hal ini akan terlihat dalam diri tokoh cerita di mana cerita tersebut terjadi (Wellek dan Warren, 1989: 41). 

Dalam sebuah novel terdapat konflik antartokoh dalam cerita tersebut. Konflik merupakan bagian penting dalam pengembangan cerita. Di dalam teori pengkajian fiksi, konflik diartikan pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan dialami oleh tokoh-tokoh cerita dan jika tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, tokoh itu tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya. Konflik demi konflik yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konflik menjadi semakin meningkat (Nurgiyantoro, 2005:123). 


METODE

Penelitian ini merupakan penelitian karya sastra memlalui analisis dokumen berupa studi pustaka.Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatifyang berupa penggambaran dari suatu keadaan tertentu dengan metode interaktif. Metode interaktif digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah dokumen. Sumber data dokumen yaitu berupa novel Jingga Untuk Matahari karya Esti Kinasih yang berjumlah 448 halaman yang diterbitakan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2017. 

Sampel dalam penelitian ini adalah novel Jingga Untuk Matahari karya Esti Kinasih. Peneliti menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoretis, keingintahuan pribadi, dan karakteristik empiris. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah analisis isi. Analisis isi, yaitu dengan mencatat dokumen atau arsip yang berkaitan erat dengan tujuan penelitian. Analisis isi dilakukan dengan membahas isi novel Jingga Untuk Matahari. Hal ini dilakukan dengan pencatatan konflik batin setiap tokoh.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Konflik Batin yang Dialami Tokoh dalam Novel Jingga Untuk Matahari

Aspek psikologi sastra dalam novel Jingga Untuk Matahari akan diteliti psikologi dari tokoh-tokoh dalam cerita tersebut dengan menganalisis perwatakan yang digambarkan. Analisis ini dilakukan dengan teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud dalam teori Psikoanalisis, yaitu ego, id, dan super ego. Aspek struktur kepribadian melalui id, the ego, dan super ego. Dalam novel Jingga Untuk Matahari terdapat 8 konflik batin sebagai berikut.


  1. Rencana kedatangan Mama dan Ata membuat kemelut diantara Ari dan Papa nya

Dalam hal ini id dalam diri Ari mengatakan bahwa Ari harus mengabari Papa nya karena Mama dan Ata yang telah dipisahkan lama darinya selama sembilan tahun akan kembali membuat hidupnya bahagia. Seperti ditemukan pada kutipan berikut ini,

Ego di dalam diri Ari mencoba merealisasikan id tersebut dengan tindakan menghubungi Papa nya yang berada di kantor dan memberitahu kabar baik itu, tentu saja karena menurutnya sang Papa tidak suka dengan kedatangan Mama dan Ata kembali, karena mungkin bisa mengganggu hubungan Papa nya itu dengan Tante Icha. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut,

Superego di dalam diri Ari menganggap bahwa tindakan yang dilakukan oleh Ari sudah benar karena Ari menganggap bahwa Papa nya tidak akan suka dengan kembalinya Mama dan Ata yang sembilan tahun terpisah Jakarta-Malang. Dengan memberitahu rencana kepulangan Mama dan Ata, Ari yakin bahwa ia akan bisa membuat Papa nya merasa bersalah sehingga akan meminta maaf pada Mama dan memperbaiki semuanya. Superego telah memutuskan bahwa tindakan yang diambil oleh Nadira sudah benar sehingga mampu mendorong id dan ego untuk merealisasikan kebenaran tersebut agar dapat mencapai tujuannya, yaitu membuat Papa nya merasa bersalah dan mau minta maaf.


  1. Kesedihan Seno yang terpendam ketika Ata akan ke Jakarta

Id dalam diri Seno mengatakan bahwa ia sangat sedih akan kehilangan teman baiknya. Seno benar-benar terluka, ia belum siap kehilangan teman semejanya di sekolah, teman baiknya, teman akrabnya, bahkan sudah seperti saudara.

Ego dalam diri Seno mencoba menahan semua dukanya dengan mencoba untuk tidak terkejut saat Ata mengucapkan bahwa besok hari terakhirnya di sekolah.

Superego di dalam diri Seno menganggap bahwa tindakan yang dilakukan oleh Seno sudah benar karena mengungkapkan kesedihannya pun tidak akan membuat Ata mengurungkan kepergiannya, ia akan tetap pergi.


  1. Papa merasa selalu bertanggungjawab atas apa yang terjadi terhadap Mama, Ata, dan Ari

Id dalam diri Papa mengatakan bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar terhadap Mama dan Ata walau mereka sudah lama tinggal jauh darinya.

Ego dalam diri Papa mencoba mengirim rekan kerjanya untuk terus memantau keputusan-keputusan apa saja yang sudah diambil oleh Mama dan Ata. Karena walau sedang terpisah Papa lah yang seharusnya sosok kepala keluarga.

Superego dalam diri Papa mengatakan bahwa tindakan itu benar sehingga mampu mendorong id dan ego untuk merealisasikan kebenaran tersebut agar dapat mencapai tujuannya, yaitu menebus semua kesalahannya di masa lalu yang telah memisahkan Ata dan Ari begitupun Ari dan Mama nya.


  1. Kekhawatiran Ata terhadap Tari yang semakin jauh terlibat permasalahan keluarganya

Id dalam diri Ata mengatakan bahwa ia khawatir jika Tari semakin terlibat jauh dengan urusannya dengan Ari.

Ego dalam diri Ata merealisasikan kekhawatirannya itu tanpa sadar mengulurkan tangannya menyentuh puncak kepala Tari  kemudian menekannya dengan lembut lalu mengusap-usap rambut Tari sesaat.

Superego dalam diri Ata mengatakan bahwa tindakan tersebut sudah benar, karena dengan mengusap rambut Tari secara tidak langsung membuat Ata merasa lebih tenang, hal ini juga memicu Ata untuk memikirkan bagaimana cara menjauhkan Tari agar tidak terlibat lebih jauh lagi. Seperti yang digambarkan pada kutipan berikut ini,


  1. Sikap dingin Ata kepada Ari yang tersembunyi

Id di dalam diri Ata mengatakan bahwa Ata akan bersedia kembali ke Jakarta bertemu Papa dan Ari tetapi Ata tidak bisa bersikap benci secara terang-terangan. Kebencian yang Ata pendam selama sembilan tahun ─pada Ari dan Papa yang telah tega membiarkan dia dan Mama hidup di desa sedangkan Ari dan Papa hidup serba mewah di kota─ akan ia balaskan saat di Jakarta. Hal ini tersirat pada kutipan berikut,

Ego dalam diri Ata mencoba merealisasikan dengan melakukan drama seolah-olah Ata sama seperti yang Ari pikirkan. Yaitu bahagia karena telah dipertemukan kembali dengan saudara dan Mama nya. Akan tetapi itu hanyalah sandiwara sebelum akhirnya tiba waktu pembalasan.

Superego dalam diri Ata mengatakan bahwa tindakan tersebut sudah benar. Dengan cara berdrama dan berperan seolah bahagia Ari tidak akan curiga jika setelah itu Ata akan menghancurkannya.


  1. Kesalahpahaman Ata terhadap Ari yang berujung perhelatan sengit

Id dalam diri Ata mengatakan bahwa Ari bersalah karena mendukung pernikahan kedua Papa mereka dengan Tante Icha. Namun, Ari yang waktu itu berumur sembilan tahun bahkan tidak tahu menahu bahwa pesta yang dikiranya pesta biasa adalah pesta pernikahan Papa nya. Jawaban Ari yang bertolak belakang denga napa yang dibayangkan Ata selama ini membuat Ata semakin naik pitam.

Ego dalam diri Ata mencoba membuat Ari merasa tersiksa agar ia mengaku salah, Ata tetap tidak percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Ari bahkan Ata semakin jelas dan gamblang menceritakan penderitaan yang ia alami dengan Mama nya.

Superego dalam diri Ata mengatakan bahwa tindakan itu benar karena Ari harus dihukum atas kesalahannya di masa lalu yang telah bahagia di atas penderitaan Mama dan Ata.


  1. Rahasia Ari dan Ata yang mengejutkan Tari

Id dalam diri Ari mengatakan bahwa dia merasa Tari harus tahu masa lalunya. Ari ingin Tari mengetahui alasan dia menghilang setelah kesalahpahaman antara dia dan Ata terjadi. Ari tidak tahu harus bercerita pada siapa jika bukan Tari, seseorang yang bisa dipercaya dan pendengar yang baik juga menghangatkan.

Ego dalam diri Ari mencoba mengajak Tari membolos sekolah pada suatu hari untuk menceritakan kesalahpahaman antara dia dan Ata. Ari membawa Tari ke sebuah tempat yang mengingatkan dia pada masa lalunya.

Superego dalam diri mengatakan bahwa tindakan Ari itu benar. Hal itu mendorong id dan egonya untuk merealisasikan keinginannya agar masalah antara dia dan Ata cepat selesai dengan bantuan Tari.


  1. Dendam Angga pada Ari yang ditunggangi Ata

Id dalam diri Ata mengatakan bahwa dia akan memanfaatkan Angga yang menyukai Tari sebagai jembatan bagi Ata untuk menghancurkan hidup Ari.

Ego dalam diri Ata mencoba memperalat Angga dengan memanfaatkan keadaan dimana Angga suka dengan Tari. Ata menantang Angga agar berani mengambil Tari dari Ari secara gentle atau terang-terangan.

Superego dalam diri Ata mengatakan bahwa tindakan itu salah karena seharusnya Ata tidak ingin Tari terlibat lebih dalam. Namun, keadaan memaksa Ata untuk memanfaatkan Tari pada akhirnya.


PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dalam pembahasan terhadap novel Jingga Untuk Matahari karya Esti Kinasih dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam novel Jingga Untuk Matahari terdapat 8 konflik batin. Konflik batin yang dialami oleh tokoh di dalam novel Jingga Untuk Matahari didasarkan pada teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud, yang diperoleh gambaran tentang struktur kepribadian tokoh, yang dipengaruhi oleh ketiga sistem kepribadian yaitu id, ego, dan superego. 


Saran

Penelitian ini dapat dijadikan jembatan sebagai sarana penghubung antara karya sastra dengan para penikmatnya. Melalui penelitian ini, diharapkan karya sastra tidak lagi menjadi sesuatu yang asing bagi pembaca serta. Dengan demikian, pembaca diharapkan dapat lebih meresapi, menghayati, dan menikmati karya sastra


DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, S. (2008). Metodologi Penelitian Sastra : Epistermologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta; Universitas Negeri Yogyakarta Press.

Faruk. (1999). Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kinasih, Esti. 2017. Jingga Untuk Matahari. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Lina Suprapto, dkk. (2014). Kajian Psikologi Sastra Dan Nilai Karakter Novel 9 Dari Nadira Karya Leila S. Chudori. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya. Volume 2 Nomor 3. www.neliti.com/53934 Diakses pada 25 Desember 2020.

Mulyasa. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, B. (2005). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, N.K. (2012). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tarigan, H.G. (1993). Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Wellek, R. & Warren, A. (1990). Teori Kesusastraan (Diindonesiakan oleh Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar