Minggu, 04 September 2022

KAJIAN STILISTIKA : ANALISIS GAYA BUNYI DAN GAYA BAHASA DALAM ANTOLOGI PUISI HENING

 KAJIAN STILISTIKA :

ANALISIS GAYA BUNYI DAN GAYA BAHASA DALAM ANTOLOGI PUISI HENING


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gaya bahasa dan gaya bunyi pada puisi. Objek penelitian yang akan dikaji yakni beberapa kumpulan puisi dalam antologi puisi Hening yang merupakan karya sastra penyair terpilih lomba cipta puisi tingkat nasional Genta Official tahun 2019. Metode yang digunakan peneliti adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan gaya bahasa yang terdapat dalam antologi puisi Hening yakni 1) Gaya bunyi yang dominan digunakan oleh 5 penyair pertama adalah orkestrasi kakofoni, dan 2) Gaya bahasa pada kelima puisi pertama dalam antologi Hening dominan menggunakan gaya kiasan metafora dan personifikasi.

Kata Kunci : Gaya Bahasa, Gaya Bunyi, Antologi, Puisi.


PENDAHULUAN

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah (Keraf, 2007: 112). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan sederhana bahwa pada dasarnya gaya bahasa identik dengan karya puisi.

Hal ini didukung oleh beberapa pendapat ahli seperti Altenbernd melalui Pradopo (2009: 7) yang mendefinisikan puisi sebagai pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum). Coleridge menjelaskan puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Carlyle berkata puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal. Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita. Sehingga dapat disimpulkan puisi sebagai wujud pengekspresian perasaan (pencipta) melalui kata-kata yang indah. 

Berkaitan dengan hal diatas, Pradopo (2020:50) berpendapat bahwa penelitian karya sastra saat ini lebih banyak pada kajian stuktur penceritaan, sedangkan penelitian gaya bahasa (yang merupakan salah satu sarana kesusastraan yang sangat penting) masih sangat sedikit dan belum memadai. Selanjutnya, Pradopo menegaskan lagi bahwa penelitian karya sastra saat ini pada umumnya masih terbatas pada struktur narasinya sehingga perlu diadakan penelitian gaya bahasa. Apalagi saat ini di Indonesia masih jarang penelitian dan penulisan stilistika yang khusus di bidang kesusastraan.

Kajian stilistika yang mengacu pada fokus kegayabahasaan dan gaya bunyi pada karya sastra ditemukan oleh peneliti dalam antologi puisi Hening yang merupakan karya sastra penyair terpilih lomba cipta puisi tingkat nasional Genta Official tahun 2019. Dalam antologi ini gaya bunyi yang digunakan dan juga gaya bahasa yang memperkuat estetika keindahan puisi-puisinya. Kumpulan puisi Hening ini ditulis oleh 100 penyair yang merupakan peserta lomba penulisan puisi yang diadakan oleh Tasik Zona di Tasikmalaya.

Lahirnya buku Hening ini menjadi pemicu semangat bagi para penyair untuk terus berkarya dalam kondisi apa pun, dengan buku ini masyarakat mendapat asupan bacaan yang baik serta dapat mengisi waktu luang mereka selama masa karantina dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengupas tuntas gaya bunyi dan gaya bahasa pada 5 puisi pertama dalam antologi tersebut yang dianggap peneliti memiliki struktur yang unik akibat gaya bahasa dan gaya bunyi yang digunakan penyair.

  1. Gaya Bunyi

Gaya bunyi dalam puisi merupakan unsur puisi untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Bunyi erat hubungannya dengan unsur-unsur musik, misalnya: lagu, melodi, irama, dan sebagainya. Bunyi di samping hiasan dalam puisi, juga mempunyai tugas yang lebih penting, yakni memperdalam ucapan, menimbulkan rasa dan menimbulkan bayangan angan yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus, dan lain-lain (Pradopo, 2009: 22). Unsur bunyi dalam puisi menurut Wiyatmi (2009: 58) pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) dilihat dari segi bunyi itu sendiri: sajak sempurna, sajak paruh, aliterasi, dan asonansi,

b) berdasarkan posisi kata yang mendukung: sajak awal, sajak tengah (sajak dalam), dan sajak akhir,

c) berdasarkan hubungan antarbaris dalam tiap bait dikenal adanya sajak merata (terus), sajak berselang, sajak berangkai, dan sajak berpeluk.

Asonansi adalah ulangan bunyi vokal yang terdapat pada baris-baris puisi yang menimbulkan irama tertentu, sementara aliterasi dalam ulangan konsonan. Sesuai dengan suasana yang ditimbulkan oleh ulangan bunyi dikenal bunyi efony (bunyi yang menimbulkan suasana menyenangkan) dan cacophony (bunyi yang menimbulkan suasana muram dan tidak menyenangkan). Efony tampak pada bunyi u, a, i, e yang dipadu dengan b, d, k, t. Cacophony didominasi oleh ulangan bunyi k, p, t, s, u, au (Wiyatmi, 2009: 59-63).

  1. Gaya Bahasa

Puisi harus memiliki perpaduan unsur yang tepat agar terciptanya puisi yang indah. Unsur pembangun puisi antara lain bunyi, diksi, bahasa kiasan, citraan, sarana retorika, bentuk visual, dan makna (Wiyatmi, 2009: 57). Pemilihan sarana retorika atau gaya bahasa tersebut merupakan salah satu unsur yang paling menonjol dan dapat membuat penyampaian puisi lebih mengena kepada pembaca. Gaya bahasa atau sarana retorika adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yaitu kejujuran, sopan-santun, dan menarik (Keraf, 2007: 113). Ahmadi menyatakan bahwa gaya bahasa merupakan kualitas visi, pandangan penulis/penutur, karena gaya bahasa merefleksikan cara seorang pengarang memilih dan meletakkan kata-kata dan kalimat dalam tubuh karangan (Ahmadi melalui Mihardja dkk, 2012: 39).

Secara umum gaya bahasa dibedakan menjadi empat, yakni gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan (Tarigan, 2013: 6). Macam-macam gaya bahasa retoris menurut Keraf (2007: 129-136) adalah: a) aliterasi b) asonansi c) litotes d) apofasis atau preterisio e) anastrof atau inversi f) apostrof g) paradox h) oksimoron i) kiasmus j) elipsis k) eufemisme l) pleonasme dan tautology m) silepsis dan zeugma n) perifrasis o) asindeton p) histeron proteron q) polisindeton r) erotesis s) prolepsis atau antisipasi t) hiperbol u) koreksio atau epanortosis.


METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor melalui Moleong (2014: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deksriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2015:14).

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah (Moleong, 2014: 6). Analisis kualitatif dimaksudkan untuk menganalisis validitas semantik. Analisis kualitatif lainnya juga dapat dikategorikan dari segi materi, konstruk, dan bahasa (Surapranata, 2005: 1).

Variabel dalam penelitian ini adalah 5 puisi pertama dalam antologi puisi Hening yang merupakan karya sastra penyair terpilih lomba cipta puisi tingkat nasional Genta Official tahun 2019 yakni puisi karya; 1) Achmad Abi Rochidin | Bangkitlah Indonesiaku, 2) Adik Sukmawati | Pangeranku, 3) Afni Dea Putri | Aku Ingin Hidup Bebas, 4) Agnes Julianti Halim | Ijinkan Aku Untuk Bercerita, dan 5) Ahmad Basoir Masoleh | Kau Lagi. Instrumen dalam penelitian ini antara lain; peneliti sendiri (human instrument) yakni dengan segala pengetahuannya berusaha mendiskripsikan gaya bahasa yang ada pada puisi karya penyair, dan lembar klasifikasi data yakni lembar yang membantu peneliti dalam pengklasifikasian data berupa puisi berdasarkan jenis gaya bahasa yang terkadung dalam puisi.

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis semantik, yakni dengan membaca, menerjemahkan puisi dengan sungguh-sungguh, dan mengklasifikasikan data ke dalam gaya bahasa sesuai dengan teori yang ada. Data kemudian dianalisis gaya bahasanya dan dikelompokkan sesuai teori gaya bahasa Pradopo. Setelah dikelompokkan, peneliti menarik kesimpulan dari data yang menunjukkan gaya bahasa paling dominan.


HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Gaya Bunyi

Gaya bunyi yang dominan digunakan oleh penyair adalah orkestrasi kakofoni dimana puisi mengandung kombinasi suara parau yang melambangkan lara hati. Dapat dilihat dari pada Puisi Kau Lagi Karya Ahmad Basoir Masoleh baris ke-7 yang didominasi oleh ulangan bunyi k, p, t, s, au.

Kau masih mengingatku

Bukan serupa kala itu

Aku pun berbijak

Kendati relung jiwa terus meratap


(2019:5)


Kombinasi suara parau yang lain juga terdapat dalam puisi Ijinkan Aku Untuk Bercerita Karya Agnes Julianti Halim dapat dilihat pada larik yang berbunyi,

Kian lama kita tak lagi saling memberikan ruang

Sekarang yang ada hanyalah pintu yang terpalang

Dan kita sudah lupa bagaimana rasanya saling bertatapan

Walaupun kita tahu hitam dan putih tak dapat dipisahkan.

(2019:4)


  1. Gaya Bahasa

Gaya bahasa pada puisi yang digunakan kelima penyair pertama dominan menggunakan gaya kiasan metafora dan personifikasi. Berikut kiasan metafora dan personifikasi pada kelima puisi pertama dalam antologi Hening.

Bangkitlah Indonesiaku 

Karya: Achmad Abi Rochidin


Kau hancurkan sejuta harapan

Yang dikalungkan untuk masa depan

(Bait pertama, Baris ke-3. 2019:1)

Pangeranku 

Karya: Adik Sukmawati


Sedihmu menyayat hatiku

Tawa renyahmu hal spesial bagiku

Murungmu tangis untukku

(Bait ketiga, Baris ke-2. 2019:2)

Aku Ingin Hidup Bebas 

Karya: Afni Dea Putri


Hendak kemana aku pergi?

Keluar dari roda nyaman hidup ini

Dari gravitasi yang selalu menarik diri pada kenyamanan 

hati

(Baris ke-9. 2019: 3)



Ijinkan Aku Untuk Bercerita 

Karya: Agnes Julianti Halim


Di kala logika menyuruh untuk pergi ke tempat yang sunyi

Namun hati tak ingin terus menggeliat di tempat yang sepi

Lalu kucoba melayangkan pandang pada siapapun yang 

kutemui

Untuk membuat mereka tahu jika aku benci menyendiri.

(Bait kedua. 2019:4)


Kau Lagi 

Karya: Ahmad Basoir Masoleh


Aku pun berbijak

Kendati relung jiwa terus meratap

(Baris ke-9. 2019:5)



KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa; 1) Gaya bunyi kakofoni dapat ditemukan pada puisi Kau Lagi Karya Ahmad Basoir Masoleh dan puisi Ijinkan Aku Untuk Bercerita Karya Agnes Julianti Halim, sedangkan 2) Gaya bahasa pada kelima puisi pertama dalam antologi Hening dominan menggunakan gaya kiasan metafora dan personifikasi.


DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Komara, Suherman. 2019. Hening. Tasikmalaya: Tasik Zona.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.


LAMPIRAN

Bangkitlah Indonesiaku 

Karya: Achmad Abi Rochidin


Engkau bangga dalam kekerasan

Saling menyerang untuk sebuah kegagalan

Kau hancurkan sejuta harapan

Yang dikalungkan untuk masa depan


Korban-korban pun berjatuhan

Tanpa mengenal ampun atau belas kasihan

Kekerasan bukanlah jalan keluar

Tak sadarkah kalian?


Hanya dengan kalian nasib bangsa ini dipertaruhkan

Harapanmu akan terpendam di pundak

Nasib bangsa engkau yang menentukan

Tinggalkanlah kebiasaan yang merugikan


Bangkitlah!

Gapailah semua angan

Belajarlah untuk menjadi yang terdepan

Dan berbahagialah di masa depan

Pangeranku 

Karya: Adik Sukmawati


Bagiku

Kau adalah hal yang paling terindah

Yang diciptakan oleh Tuhan

Syukur kupanjatkan kepada-Nya karenamu


Adamu hanya untuk ku

Saling melengkapi

Mengisi kekurangan ini

Mensyukuri apa yang ada


Senangmu kebahagiaanku

Sedihmu menyayat hatiku

Tawa renyahmu hal spesial bagiku

Murungmu tangis untukku


Tetaplah terjaga semua itu

Temani aku

Hingga akhir hayatku

Terima kasih pangeranku

Aku Ingin Hidup Bebas 

Karya: Afni Dea Putri


Saat diri ini termengu

Menatap ke langit seperti dapat disentuh

Terlihat burung terbang ke angkasa berliu-liu

Ingin berkata pada diriku

Aku bisa seperti burung yang terbang jauh

Kubebaskan diri

Menancapkan sanubari

Mulai berpikir kian kemari

Hendak kemana aku pergi?

Keluar dari roda nyaman hidup ini

Dari gravitasi yang selalu menarik diri pada kenyamanan 

hati

Kini kupilih hidup sendiri

Tiada lagi yang membatasi

Termasuk hati yang selalu mencekam menggitari

Aku ingin hidup bebas

Bukan hidup pas-pas

Ijinkan Aku Untuk Bercerita 

Karya: Agnes Julianti Halim


Jiwa manusia membuat aku jatuh pada sebuah penerimaan,

Berjuang untuk menerjang setiap liku rintangan dan godaan.

Bagaimana bangkit dari hidup yang penuh kekalutan,

Bagaimana merancang setiap rumitnya masa depan.


Di kala logika menyuruh untuk pergi ke tempat yang sunyi

Namun hati tak ingin terus menggeliat di tempat yang sepi

Lalu kucoba melayangkan pandang pada siapapun yang 

kutemui

Untuk membuat mereka tahu jika aku benci menyendiri.


Pada mereka yang hanya singgah dan hanya sekedar tahu

Aku bercerita tentang bagaimana pahitnya masa lalu

Di mana saat orang – orang berlalu lalang di hadapanku

Namun sedikit pun teguran tak bisa menyapa aku


Kian lama kita tak lagi saling memberikan ruang

Sekarang yang ada hanyalah pintu yang terpalang

Dan kita sudah lupa bagaimana rasanya saling bertatapan

Walaupun kita tahu hitam dan putih tak dapat dipisahkan.

Kau Lagi 

Karya: Ahmad Basoir Masoleh


Seakan melampaui gelap

Singkat jua masa lelap

Bertamu tanpa rasa

Bagai bunga lupa tanah

Aku menatapnya dalam raut suka

Bersanding kehendak ayahnya

Kau masih mengingatku

Bukan serupa kala itu

Aku pun berbijak

Kendati relung jiwa terus meratap


14 Juli 2019


Tidak ada komentar:

Posting Komentar