PUISI 1
Kenanglah Daun Itu
Daun itu kuning karena kering
Ia hampa melihat udara yang beriring
Mereka terlihat terpolusi dengan sering
Perasaan hati ku pun juga sama dengannya,
bergeming di ranting
Daun itu kering karena layu
Aku melihatnya dengan mata yang sama sayu
Dia terlihat sepertiku yang sedang mendayu
Mencoba berusaha menyingkap tabir yang begitu tabu
Daun itu beterbangan karena angin
Seolah mendengar arahnya yang memenuhi ingin
Menyindir sandarku pada beringin
Yang terlampau memuja hati yang dingin
PUISI 2
Bertahan
Kertas usang di dinding itu menempel tak bergeming
Seolah menyiratkan bahwa “aku sudah lelah berada disini!”
Tak bisakah yang lalu lalang itu menghampiriku barang sebentar?
Kertas itu tetap berpuisi…
Hilang dalam heningnya sendiri
PUISI 3
Kompleks Manusia
Berpuluh kali aku meragu
Beribu kali rasa hati tak tentu
Berjuta kali diri ini seperti batu
Nyatanya, satu tubuh ini memang telah beku dengan milyaran perilaku
Dalam satu masa, bisa saja manusia itu menggemingkan hakikatnya
Tapi kuasa genggaman Tuhan
tak bisa lumpuh hanya dengan rayuan
PUISI 4
Indahnya Pemandangan
Matematika kehidupan sangat indah dipandang.
Hak untuk dilihat dan terpampang nyata diberikan.
Biasalah! Semua dalam sekejap pandangan akan terasa benar oleh benak.
Tidak lagi peduli dengan nurani dan kata hati yang teramat suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar